Jakarta — Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan kembali menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Langkah ini disebut sebagai strategi menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan global dan pelemahan nilai tukar rupiah.
Dari hasil pantauan pasar, sejumlah ekonom menilai BI kini lebih fokus pada upaya memperkuat sektor riil ketimbang mempertahankan kurs rupiah di level tertentu. Pasalnya, laju inflasi nasional masih terjaga di bawah 3%, memberikan ruang bagi bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneter.
Fokus ke Pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada paruh pertama 2025 mencapai 5,12% year-on-year. Angka itu memang stabil, namun beberapa indikator konsumsi dan investasi menunjukkan perlambatan. BI pun dihadapkan pada pilihan sulit: menjaga stabilitas kurs atau menstimulasi ekonomi.
“Kalau ekonomi mulai lesu, kebijakan moneter perlu lebih pro-pertumbuhan. Penurunan bunga 25 basis poin bisa jadi sinyal positif bagi sektor riil,” ujar analis keuangan Bima Yudhistira dalam wawancara dengan media, Selasa (21/10).
Penurunan suku bunga ini akan berdampak langsung pada industri perbankan. Biaya pinjaman menurun, mendorong pertumbuhan kredit konsumsi dan investasi. Sektor properti, kendaraan bermotor, hingga UMKM diprediksi jadi yang paling diuntungkan.
Tantangan dari Sisi Rupiah
Meski begitu, pelemahan rupiah masih jadi kekhawatiran. Sejak awal tahun, rupiah melemah sekitar 3% terhadap dolar AS. BI berupaya menahan tekanan itu lewat intervensi pasar dan penguatan cadangan devisa.
Analis menilai, selama inflasi terkendali dan fundamental ekonomi kuat, BI masih punya ruang aman untuk melonggarkan suku bunga. “Investor lebih melihat arah kebijakan jangka panjang dan stabilitas ekonomi makro, bukan sekadar kurs harian,” tambah Bima.
Efek ke Depan
Dalam jangka pendek, pelonggaran suku bunga akan meningkatkan konsumsi dan belanja modal. Namun BI tetap harus berhati-hati agar langkah ini tidak mendorong arus keluar modal asing atau memperlemah kepercayaan investor.
Pemerintah juga diharapkan menjaga keseimbangan lewat kebijakan fiskal yang disiplin agar pelonggaran moneter tidak menimbulkan tekanan baru. Bila semua sejalan, pertumbuhan ekonomi 2025 masih bisa bertahan di kisaran 5,2–5,3%.


FOLLOW THE NugoMedia AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow NugoMedia on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram