Beijing Oktober 2025 — China semakin mengokohkan posisinya sebagai pemimpin global dalam teknologi penyimpanan energi (energy storage), dengan ekspansi besar-besaran pabrik baterai lithium di provinsi Guangdong dan Sichuan.
Menurut laporan Financial Times, kapasitas penyimpanan listrik China tahun ini mencapai 350 GWh, hampir dua kali lipat dari 2023. Pemerintah Beijing menargetkan angka 700 GWh pada 2030.
“Kunci suksesnya adalah kombinasi antara subsidi besar dan inovasi teknologi baterai,” ujar analis energi Liang Xu.
Baterai jenis lithium iron phosphate (LFP) menjadi tulang punggung karena lebih aman dan murah dibandingkan baterai nikel.
Teknologi ini juga menarik perhatian negara berkembang, termasuk Indonesia, yang memiliki cadangan nikel terbesar dunia.
Kementerian ESDM RI menyebut Indonesia tengah menjajaki kerja sama dengan CATL dan BYD untuk membangun pabrik penyimpanan energi di Sulawesi.
“Kami ingin Indonesia tak hanya jadi pengekspor bahan mentah, tapi juga produsen teknologi energi,” kata Dirjen EBTKE Ego Syahrial.
Analis menilai tren ini akan mendorong pertumbuhan sektor teknologi hijau, menciptakan lapangan kerja baru, dan memperkuat ketahanan energi nasional.
Namun, tantangan tetap ada, terutama pada rantai pasok dan kebijakan insentif industri lokal.


FOLLOW THE NugoMedia AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow NugoMedia on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram