Beberapa layanan populer seperti Duolingo, Snapchat, hingga sejumlah platform perbankan digital di Eropa dilaporkan tak bisa diakses.
Menurut laporan The Guardian, pusat data AWS di wilayah US-East-1 menjadi sumber gangguan. Tim teknis Amazon mengonfirmasi masalah berasal dari kerusakan sistem DNS dan database DynamoDB yang memicu efek domino ke layanan lain seperti Lambda dan SQS.
“Kami menyadari dampak besar yang terjadi pada pelanggan global. Tim kami bekerja 24 jam untuk mengembalikan sistem ke kondisi normal,” kata juru bicara AWS, Nathan Moore, dalam keterangan resminya.
Insiden ini kembali menyoroti ketergantungan dunia digital pada satu penyedia infrastruktur cloud. Banyak perusahaan rintisan (startup) maupun institusi pemerintahan menggantungkan operasi harian mereka pada AWS.
Di Indonesia, sejumlah pelaku startup juga ikut terdampak. Aplikasi logistik GoFleet mengaku server mereka sempat tak stabil selama 45 menit.
“Kami langsung aktifkan server backup lokal di Singapura agar layanan tetap berjalan,” ujar CTO GoFleet, Rizal Fahmi.
Analis teknologi Aditya Herlambang menilai kejadian ini menjadi peringatan bagi pemerintah dan industri digital tanah air untuk diversifikasi layanan cloud.
“Pemerintah seharusnya mulai memperkuat kapasitas cloud nasional agar kita tidak terlalu bergantung pada pemain global,” jelasnya.
AWS sendiri mengumumkan bahwa sistem kini sudah pulih 100%, meski beberapa pelanggan melaporkan adanya latency hingga 24 jam setelah perbaikan.
Gangguan ini adalah yang ketiga kalinya dalam dua tahun terakhir, memperlihatkan bahwa bahkan raksasa teknologi pun tidak kebal terhadap gangguan sistemik.


FOLLOW THE NugoMedia AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow NugoMedia on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram